Di Balik Kesuksesan Jackie Chan
Dialah "pendekar" yang dipuja banyak orang di seluruh dunia. Seorang yang dikenal memainkan karakter sebagai petarung akrobatik yang suka mengimprovisasi barang-barang di sekitarnya sebagai senjata dalam perkelahian. Sosok yang menguasai seni beladiri yang mendedikasikan hidupnya dalam dunia film sebagai aktor, sutradara, produser, stuntman dan penyanyi.
Namanya Jackie Chan. Nama alias yang begitu dikenal hingga kini, walau ia juga pernah menggunakan banyak nama alias di masa lalunya. Jackie Chan meraih semua kesuksesannya lewat perjalanan hidup yang pahit getir dan kerja keras yang luar biasa. Sampai akhirnya ia diakui sebagai bintang besar yang meninggalkan "jejak" di Avenue of Stars di Hongkong hingga ke Hollywood Walk of Fame di Amerika Serikat (AS).
Tujuh April lima puluh dua tahun lalu ia lahir di Hongkong, dari keluarga yang sangat miskin. Sangkin miskinnya, orangtuanya terpaksa menghutang dari tetangga untuk membiayai persalinannya. Charles Chan dan Lee-lee (ayah dan ibunya) memberinya nama Chan Kong-sang yang artinya "terlahir di Hongkong".
Begitupun, kedua orangtua Jackie bersyukur juga karena mereka sudah mendapat pekerjaan di Kedutaan Prancis di Hongkong. Charles bekerja sebagai tukang masak sementara Lee-lee sebagai pembantu rumah. Bersama mereka tinggal di kawasan elit kediaman sang duta di Hiong Kong.
Sejak kecil, Jackie sering diajak ayahnya berlatih kung fu. Sang ayah percaya bahwa kung fu akan membantu membangun karakter Jackie agar lebih sabar, kuat, dan berani.
Dasarnya Opera
Ketika Jackie berusia 7 tahun ayahnya bekerja sebagai kepala juru masak di Kedutaan AS di Australia. Sebelum berangkat ia membawa Jackie ke Sekolah Peking Opera. Selama 10 tahun ia didik dengan aturan main yang keras. Ia diajarkan berbagai seni beladiri, akrobatik, menyanyi, dan akting. Materi pelajaran di sekolah drama bagi anak-anak ini ditujukan untuk menyiapkan anak lelaki memasuki kehidupan di opera China yang terkenal Peking Opera. Dalam masa pendidikan itu, Jackie pertama kali tampil di usia 8 tahun dalam film Kanton "Big and Little Wong Tin Bar" (1962).
Selanjutnya di usia 10 tahun ia ikut berperan dalam "The Story of Qin Xianglian" (1964), dua tahun kembali berperan dalam "Come Drink with Me" (1966) atau yang kemudian dikenal sebagai Big Drunken Hero. Dan sebelum mengakhiri pendidikannya, ia juga tampil dalam "Master with kracked Fingers vs Little Tiger From Canton (1971). Semua peran itu dilakukan sebagai kerja sampingan bermain sebagai pemain figuran atau stunman di film-film Hongkong.
Di usia 17 tahun, Jackie muda menyelesaikan pendidikan operanya, sayangnya pada masa itu (kurun 1970-an) opera sudah tidak populer lagi. Walau sudah menguasai perihal opera, namun sepertinya tak ada masa depan lagi di opera. Justru industri film-lah yang melaju pesat di Hongkong.
Kerja Serabutan
Menghadapi kenyataan itu, Jackie Chan dan teman seangkatannya terpaksa kerja keras mencari pekerjaan. Ini cukup sulit karena selama pendidikan opera, tidak ada belajar membaca dan menulis. Satu-satunya keahlian untuk bekerja hanyalah kemampuan menjadi pemeran pengganti.
Sementara, setiap tahunnya, banyak film yang diproduksi di Hongkong. Industri film selalu mencari "daun muda" untuk dilibatkan sebagai stuntman.
Jackie mengambil kesempatan ini dan mendaftar sebagai stuntman di banyak film Hongkong. Ia cepat belajar dan dikenal sebagai pemuda yang tak pernah takut.
Reputasinya sebagai stuntman sangat dikenal dunia film. Ia berani mencoba berbagai hal dan melakukan adegan paling berbahaya. Dari sinilah ia melebur dalam dunia film.
Menuai Sukses
Saat industri film Hongkong lesu, Jackie menyusul orangtuanya ke Australia. Ia bekerja di restoran dan jadi buruh bangunan. Namun ia tak suka hidup di Australia. Saat mendapat telegram dari seseorang bernama Willie Chan, ia kemudian kembali ke Hongkong dan membintangi film "New Fist of Fury" (1976). Namun kesuksesan sesungguhnya justru ketika Jackie Chan diberi kesempatan untuk ikut serta dalam menggarap naskah dan mengembangkan karakter tokohnya.
Kontribusi Jackie dalam menggarap film tersebut terbukti membuahkan hasil. Ia memberi warna pada genre film dengan menggabungkan unsur humor dalam seni beladiri.
Sukses pertamanya terbukti lewat film "Snake in Eagle's Shadow" (1978). Disusul dengan "Drunken Master" (1978). Lalu film pertama yang disutradarainya "Fearless Hyena" (1979) benar-benar sukses besar.
Kesuksesan di Hongkong ini melambungkan nama Jackie Chan dalam perjalanan karir selanjutnya hingga saat ini. Coba lihat penampilannya dalam film terbarunya Rob-B-Hood. Gaya kental Jackie terlihat begitu memukau!
0 komentar:
Posting Komentar