Kamis, 04 Agustus 2011

Detik detik terakhir Rasulullah sblm wafat


Detik detik terakhir Rasulullah sblm wafat

Terdengar suara dari luar rumah memberi salam.” Assalamualaikum, bolehkah saya masuk ?” Tapi Fatimah tidak mengizinkan orang di luar pintu masuk. “ Maaf, ayahku sakit”. Fatimah membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian Fatimah kembali menemani ayahnya yang sedang terlantar. Sambil membuka matanya, baginda bertanya kepada Fatimah: Siapakah itu wahai anakku?”

“Tak tahulah ayah, orang sepertinya baru sekali aku lihat,” jawab Fatimah lembut. Lalu Rasulullah SAW menatap wajah puterinya dengan pandangan yang menggetarkan.

“Ketahuilah anakku, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia dan dialah ynag akan memisahkan kita. Dialah malaikat maut,” kata Rasulullah.

Fatimah tergamam, seolah-olah tidak percaya denagn kata-kata ayahanda yang disayangi. Tidak tahan menahan sebak dia terus menangis teresak-esak.

Malaikat maut yang berupa bentuk manusia datang menghampiri, tapi Rasulullah bertanya mengapa Jibrail tidak ikut sama. Jibrail yang sebelumnya sudah bersiap sedia di atas langit dunia untuk menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini, turun ke bumi menemui Rasulullah.

“Jibrail, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah,” Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah kerana tidak lama lagi terpaksa meninggalkan dunia yang dihuni.

“Wahai kekasih Allah, pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibrail. Tapi jaminan itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah berasa lega. Matanya masih penuh kecemasan. “ Engkau tidak gembira mendengar khabar ini?,” tanya Jibrail lagi.

“Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?,” tanya Nabi Muhammad.

“Jangan bimbang wahai Rasulullah. Aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: “ Aku haramkan syurga bagi siapa sahaja kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya terlebih dahulu,” kata Jibrail.

Detik-detik terakhir semakin dekat dan tiba masanya Israil melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

“Wahai Jibrail, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengadu, bagaikan minta simpati. Fatimah memejamkan mata dan suaminya Saidina Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan jibrail memalingkan muka.

“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu, Jibrail?” Tanya Rasulullah kepada malaikat pengantar wahyu itu.

“Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah dicabut dan direnggut ajalnya,” kata Jibrail. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengadu sakit yang tidak tertahan lagi.

Dahsyatnya Maut Ini!

“Ya Allah, dahsyatnya maut ini. Timpakan saja semua seksa maut ini kepadaku dan jangan pada umatku.” Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan-akan hendak membisikkan sesuatu! Ali segera mendekatkan telinga. “ Uushiikum bis syalati, wa maa malakat aimanuku’ (Peliharalah solat dan peliharalah orang-orang yang lemah di antaramu).

Di luar pintu bunyi tangisan mulai terdengar bersahutan, para sahabat saling berpelukan. Fatimah menutup tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“Ummaati, ummatii, ummatii,”(Umatku,umatku,umatku). Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran keislaman sehingga hari ini. Jasadnya diabadikan di Masjid Nabawi, Madinah.





0 komentar:

Posting Komentar