Saat malam datang menyelimuti bumi dengan gelap, teruskan langkahmu dengan mengalihkan fungsi tanganmu menjadi mata yang memandu.
Saat sepasang kakimu terikat oleh belenggu, lanjutkan gerak tubuhmu tanpa keluh karena kau masih bisa beringsut.
Saat bibirmu tengah di balut solasi, teruslah berorasi karena tanganmu masih bisa mengutarakan idemu dengan gerak isyarat dan aksra.
Saat tanganmu terhambat karena tali yang mengikat, jangan pernah berhenti memukul, walau itu hanya dengan sundulan kepala atau tendangan kaki.
Ketika duri belukar menyambutmu dengan cucuk-cucuk yang tajam, haramlah bagimu untuk berbalik badan, karena kau kuasa untuk membabatnya atau sekadar menelusurinya.
Ketika indahnya jalanan turunan digantikan dengan tanjakan nan tinggi, sambutlah ia dengan senyuman dan peluklah ia dengan erat sambil terus kau daki.
Ketika angin mengoyak perahumu dengan hantaman murkanya, turnkanlah layarmu dan teruskanlah pelayaranmu dengan mendayung.
Ketika tubuhmu terjerembab di tengah padang pasir nan tandus karena melemahnya daya tubuhmu, keluarkanlah sisa-sisa energimu sampai titik terakhir.
Teruslah kau susuri pasir-pasir di bawahmu. Taklukanlah ia dengan segenap daya dan upayamu, sampai kau merasa tak ada lagi yang tersisa dalam dirimu. Bila itu telah terjadi, janganlah kau berhenti, apalagi tertidur, karena kau harus tetap berlanjut.
Walau itu hanya terjadi dalam bentuk keteguhan hati atau mimpi yang abstrak, tapi kau harus tetap berlanjut.
0 komentar:
Posting Komentar