(foto: facebook.com/hendi jo/via Vemale.com) |
Indonesia bisa merdeka itu berkat perjuangan para phalawan zaman dulu yang rela mengorbankan nyawanya demi mengusir para penjajah dari Tanah Air. Namun bila melirik ke sekeliling kita, ternyata nasib orang-orang yang pernah berjuang dulu tidak sebaik apa yang kita bayangkan.
Seperti yang dialami veteran asal Sumatera Selatan ini, Pak Anwar. Dulu sewaktu masih muda beliau merupakan seorang tentara yang menjabat sebagai komandan kompi. Banyak penderitaan yang dialaminya semasa penjajahan Belanda, namun setelah Indonesia merdeka, derita Pak Anwar tak kunjung usai.
Melansir laman Vemale.com, pak Anwar harus menyambung hidup dengan jalan mengemis di seputaran Kota Padang. Di usianya yang sudah tua, Pak Anwar harus berkeliling dengan pakaian seadanya meminta belas kasihan dari siapa saja.
Memang miris melihat nasib orang yang dulu pernah berjuang mengusir para penjajah. Pak Anwar dulu pernah dipenjara selama 4 tahun oleh Belanda, bahkan terpaksa meminum air yang sudah tercampur dengan air kencing. Tak hanya itu, peluru juga pernah menembus kaki Pak Anwar sehingga membuat beliau berjalan terpincang-pincang.
Tak hanya itu, Pak Anwar hidup seorang diri karena sang istri dan sang anak yang masih dalam kandungan meninggal karena kekurnagan gizi. Kehilangan mereka membuat hidup Pak Anwar semakin miris lagi, sementara banyak orang yang berpoya-poya menikmati kemerdekaan yang diperjuangkannya.
Pada tahun 2011, Pak Anwar menghembuskan nafas terakhirnya, tanpa banyak orang yang peduli. Beberapa waktu lalu sempat tersebar foto Pak Anwar yang dijadikan bahan lelucon dalam bentuk meme oleh seorang pengguna internet. Sungguh menyakitkan melihat pejuang kita dijadikan bahan lelucon, padahal waktu itu beliau sudah meninggal.
Banyak orang yang mengetahui kisah Pak Anwar yang sebenarnya, setelah foto lelucon itu tersebar di dunia maya. Tak sedikit pula orang yang mentelusuri jejak Pak Anwar dan menganggapnya sebagai pahlawan. Padahal di masa hidupnya beliau nyaris tidak mendapatkan penghormatan apapun.
"Saya pernah ditanya tentara Belanda. Apakah saya berjuang dan jadi tentara karena hanya kedudukan dan jabatan semata? Saya jawab apa adanya? Berjuang untuk negara, bukan untuk kedudukan. Bila kelak mati di sini. Saya bangga itu demi negara," ungkap sang bapak kala itu.
Kisah Pak Anwar memang sudah dimuat banyak media beberapa tahun kebelakang semenjak foto lelucon dirinya tersebar di dunia maya. Semoga kisah ini bisa membuka mata dan hati kita untuk selalu menghormati jasa para pahlawan. Menghormati jasa para pahlawan bukan dari upacara atau kata-kata saja, melainkan dari sebuah tindakan nyata membangun dan melindungi negara ini.
0 komentar:
Posting Komentar